Selasa, 08 Januari 2013

Contoh program bimbingan kelompok


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sebelum menyusun program bimbingan, baik program bimbingan secara keseluruhan maupun program bimbingan kelompok di sekolah tertentu, perlu diketahui dulu apa yang ingin disusun. Pernyataan ini kedengarannya aneh, tetapi kenyataannya menunjukkan bahwa banyak program bimbingan di sekolah-sekolah berlangsung dari tahun ke tahun tanpa tujuan yang jelas.
Suatu program bimbingan yang baik biasanya mengikuti suatu pola perencanaan tertentu, dan dapat melihat kondisi-kondisi yang akan dihadapi, serta sanggu menghadapi perubahan-perubahan. Perencanaan awal program bimbingan harus diarahkan untuk menjawab tiga pertanyaan, yaitu : apa kebutuhan-kebutuhan bimbingan siswa? Sejauh mana kebutuhan-kebutuhan itu dipenuhi dengan kondisi yang ada sekarang? Dan bagaimana sekolah dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut dengan lebih baik?
Pertanyaan pertama tersebut mengacu pada bermacam-macam masalah yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam membuat perencanaan masa depan. Pertanyaan kedua berkaitan dengan macam-macam bantua dan efektivitas bantuan yang diberikan sekolah kepada siswa-siswa.Sedangkan pertanyaan terakhir berkaitan dengan cara-cara bagaimana sekolah pada umumnya dan layanan bimbingan pada khususnya dapat membantu siswa dengan lebih baik dalam perencanaan pendidikan, pekerjaan, dan penyesuaian diri.
Dalam materi ini, akan dibahas tentang perinsip-prinsip penyusunan bimbingan, tahap-tahap penyusunan program bimbingan, contoh program bimbingan kelompok di Sekolah Menengah Atas, dan pelaksana program bimbingan kelompok.




B.     Rumusan masalah
1.      Mengetahui apa saja prinsip-prinsip penyusunan program bimbingan ?
2.      Mengetahui apa dan bagaimana tahap-tahap penyusunan program bimbingan ?
3.      Mengetahui apa saja contoh dan bagaimana pelaksana program bimbingan kelompok ?

C.     Tujuan
Tujuan di buatnya makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah cara-cara membuat program bimbingan kelompok.

 BAB II
PEMBAHASAN

A.    Prinsip-Prinsip Penyusunan Program Bimbingan
Prinsip-prinsip penyusunan program bimbingan yang diuraikan dalam bagian ini bersifat umum dan dapat dipakai untuk menyusun program bimbingan keseluruhan maupun program bimbingan kelompok. Prinsip-prinsip berikut ini disarikan dari pendapat Erickson ( 1955 ) dan Gysbers dan Henderson ( 1988 ):
a.       Program bimbingan supaya disusun selaras dengan program pendidikan dan pengajaran dari sekolah yang bersangkutan, dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di sekolah dan di lingkungan sekolah
b.      Pada waktu menelaah kebutuhan-kebutuhan, masalah dan karakteristik siswa, supaya mengikutsertakan staf sekolah yang lain.
c.       Program bimbingan perlu diinformasikan pada seluruh staf sekolah, sehingga mereka dapat memahami dan mau memberi dukungan secara berkesinambungan.
d.      Kemampuan staf sekolah dalam bidang bimbingan dan konseling perlu diketahui, yang meliputi: pengalaman kerja, pendidikan, dan latihan yang dimiliki, kepribadian, minat terhadap bimbingan, latar belakang kehidupannya, dan kemampuan kepemimpinannya. Perlu juga diidentifikasi kemampuan memberikan bantuan dari orang tua siswa dan unsur-unsur masyarakat setempat.
e.       Meneliti macam-macam layanan dam kegiatan-kegiatan lain yang sudah ada dan dilaksanakan di sekolah.
f.       Membuat analisis tentang layanan-layanan pokok bimbingan yang meliputi layanan-layanan: pengumpulan data, informasi, konseling, penempatan, evaluasi dan tindak lanjut. Program bimbingan yang dibuat harus mengacu pada hasil analisis tersebut.
g.      Perlu ditentukan siapa yang akan menjadi pemimpin penyusunan program, dan pembagian tugas-tugas pada anggota tim sesuai dengan analisis tugas masing-masing. Pembagian tugas agar ditentukan sesuai dengan waktu yang tersedia dari masing-masing anggota.
h.      Merencanakan dan melaksanakan latihan bimbingan dan konseling sesuai dengan hasil penelaahan kebutuhan dan kemampuan staf sekolah, serta berdasarkan analisis tugas. Untuk melakukan latihan itu sekolah dapat bekerjasama dengan ahli bimbingan dan konseling dari perguruan tinggi atau lembaga lain yang bersangkutan.
i.        Mengadakan supervise dan bantuan yang diperlukan secara berkesinambungan kepada para pelaksana program.
j.        Merencanakan dan melaksanakan penilaian efektivitas pelaksanaan program secara berkesinambungan .

B.     Tahap-Tahap Penyusunan Program Bimbingan
Dalam menyusun program bimbingan perlu dibedakan antara membuat program yang sama sekali baru, dengan mengubah atau mengembangkan program yang sudah ada. Menurut Gysbers dan Henderson ( 1988 ) pada dasarnya penyusunan kedua jenis program itu tidak banyak berbeda, yaitu melalui empat tahap yang meliputi: perencanaan, pembuatan, pelaksanaan, dan penilaian.
a.       Perencanaan program:
Pada tahap perencanaan, hal-hal yang harus dikerjakan oleh pengembang program adalah:
a.       Meneliti kebutuhan-kebutuhan siswa
b.      Mengklarifikasi tujuan-tujuan yang ingin dicapai.
c.       Meneliti program yang sudah ada.
d.      Mengusahakan dukungan dari staf sekolah dan orang tua siswa dan masyarakat.
e.       Menentukan prioritas program.
b.      Penyusunan program:
Pada tahap penyusunan program kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah:
a.       Merumuskan tujuan-tujuan program secara operasional dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang dapat diukur hasilnya.
b.      Memilih strategi pelaksanaan program.
c.       Menjabarkan komponen-komponen program.
d.      Menganalisis kompetensi-kompetensi staf sekolah.
e.       Mengadakan pengembangan staf pelaksana program.
c.       Pelaksanaan program:
Pada tahap pelaksanaan program kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah:
a.       Mengidentifikasi sumber-sumber yang diperlukan, yang meliputi: manusia, sarana, prasarana, dan waktu.
b.      Membuat instrument pengukuran keberhasilan pelaksanaan program.
c.       Melaksanakan program dan menyesuaikan dengan pelaksanaan program-program sekolah yang lain.
d.      Mengadakan perubahan berdasarkan hasil penilaian yang sudah dilakukan.
d.      Penilaian program:
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a.       Menentukan komponen-komponen program yang akan dinilai.
b.      Memilih model penilaian program yang akan dipakai.
c.       Memilih instrument penilaian.
d.      Menentukkan prosedur pengumpulan data.
e.       Meciptakan system monitoring pelaksanaan program.
f.       Penyajian data, analisis tugas-tugas, dan pembuatan laporan penilaian.
Bila dalam suatu sekolah sudah ada program yang dilaksanakan tetapi berdasarkan hasil penilaian kurang dapat memenuhi kebutuhan siswa dan ingin diubah atau dikembangkan, maka tahap-tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Tahap 1. Menciptakan iklim untuk berubah
            Suatu perubahan yang berhasil bergantung pada lingkungan yang positif dan mendukung.Untuk ini perlu diciptakan iklim sekolah dan personel yang siap untuk diajak dan mau mengadakan perubahan. Faktor pendukung ini meliputi kepala sekolah dan staf sekolah yang lain, orang tua siswa, siswa, dan masyarakat. Instrument yang dapat dipakai untuk menjajagi pendapat adalah: daftar cek, dan bertukar pendapat antara pihak-pihak yang bersangkutan untuk meningkatkan iklim yang menunjang.


Tahap 2. Menganalisis program
            Menghubungkan antara apa yang sudah ada sekarang dengan perubahan membutuhkan pengertian mengenai perbedaan antara apa yang sudah dilaksanakan sekarang dengan apa yang akan dikembangkan. Hal ini mencakup persepsi siswa sebagai subjek yang menggunakan program, persepsi pelaksana program, data empiris tentang tujuan-tujuan yang ingin dicapai, dan gambaran mengenai hal yang akan dilaksanakan. Untuk itu perlu diadakan survey kepada para pelaksana program dan pemakai program, dengan memakai instrument daftar cek.
                        Tahap 3. Membuat pola program baru
Dalam tahap ini, diputuska macam program baru yang akan dibuat. Suatu program yang berhasil memerlukan perencanaa yang baik dan teliti. Perencanaan itu meliput: isi, metode, sumber-sumber, cara memasarkan, dan cara menilai program. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan daftar cek, yang ditujukan untuk mengetahui sumber-sumber untuk layanan konseling, sumber-sumber lain yang tersedia, metode-metode untuk melaksanakan program, cara-cara pengembangan staf, cara menilai program, dan kalender pelaksanaan program secara rinci.
Untuk dapat membuat program bimbingan pada umumnya dan bimbingan kelompok pada khususnya, perlu dibentuk tim pengembang program. Tim ini biasanya terdiri dari konselor, guru-guru yang mempunyai minat pada bimbingan dan yang mempunyai latar belakang bimbingan, misalnya lulusan program S1 atau DIII IKIP/FKIP serta mereka yang telah mendapat penataran bimbingan, kepala sekolah dan staf sekolah lain yang berminat, misalnya dokter sekolah atau petugas UKS.
Pemimpin kelompok pengembang program bimbingan biasanya dipegang oleh konselor.Ia mempunyai peranan dan tanggung jawab utama untuk mengorganisasi dan mengatur proses pengembangan program, serta memberikan supervise kepada staf pengembang program. Secara rinci peranan pemimpin kelompok adalah sebagai berikut:
a.       Sebagai manager proses perubahan program, ia harus membuat rencana pengembangan program, yang meliputi usulan perubahan, dan perencanaan waktu kapan perubahan akan dilakukan dengan mencantumkan jadwal kegiatan yang direncanakan. Ia juga harus memonitor apakah tugas-tugas yang sudah dirinci itu dikerjakan oleh anggota kelompoknya.
b.      Sebagai pemimpin kelompok konselor harus mempunyai konsep yang jelas mengenai model program bimbingan yang akan dikembangkannya. Ia bertanggung jawab untuk menjelaskan keada anggotanya mengenai model program, isi, dan strategi pelaksanaannya. Ia juga berkewajiban membantu anggota stafnya apabila mengalami kesukaran dalam melaksanakan tugasnya.
c.       Menjaga agar tujuan perubahan tetap merupakan pedoman kerja dalam penyusunan program pengembangan. Untuk ini pemimpin kelompok perlu mencari dan mengembangkan sumber-sumber yang dapat mendukung pelaksanaan perubahan program. Misalnya, orang tua siswa yang berminat dan mau menyumbang dana dan pikiran, ahli-ahli bimbingan dari lembaga pendidikan tinggi setempat, dan ahli dari lembaga-lembaga yang ada kaitannya dengan pekerjaan bimbingan seperti polisi bagian pembinaan anak-anak nakal dan penyalahgunaan obat terlarang, dokter, dan sebagainya.
C.    Contoh Program Bimbingan Kelompok
Kegiatan-kegiatan bimbingan kelompok disekolah lanjutan atas dapat dikelompokkan dalam empat bidang yang berkaitan dengan pengembangan pribadi siswa, yaitu: orientasi terhadap sekolah, memahami diri sendiri, memahami orang lain, dan merencanakan masa depan yang mencakup perencanaan pendidikan dan pekerjaan. Bidang-bidang ini kadang-kadang juga disebut sebagai bidang: pendidikan, sosial, pribadi, dan pekerjaan. Masing-masing bidang kemudian dijabarkan dalam bantuk topic-topik yang membahas masalah-masalah yang banyak dialami oleh para remaja dalam perkembangannya kearah dewasa.
Berikut ini diberikan contoh materi yag tercakup dalam program bimbingan kelompok untuk anak Sekolah Lanjutan Atas yang dikembangkan oleh tiga orang ahli bimbingan, yaitu Wrenn, Hein, dan Schwarzock ( 1972 ).
1.      Orientasi pada sekolah
Topic-topik yang disajikan meliputi:
a.       Mengapa saya pergi ke sekolah ?
b.      Bagaimanakah kebiasaan-kebiasaan, kebijakan-kebijakan, dan peraturan sekolah saya ?
c.       Apa yang saya ketahui mengenai mata pelajaran-mata pelajaran yang diberikan di sekolah saya ?
Bahan-bahan bimbingan kelompok yang telah diuraikan di materi sebelumnya dapat dipakai sebagai isi informasi dan disesuaikan dengan topiknya. Misalnya, untuk topic “ Bagaimana cara terbaik untuk mengatur waktu sehari-hari ?”, bahannya dapat diambil dari “ Cara mengatur waktu ”. Contoh jabaran lengkap topic tersebut adalah sebagai berikut:
Topic : “ Bagaimana caea terbaik untuk mengatur waktu sehari-hari “.
Tujuan kegiatan:
a.       Memberi pengertian kepada siswa pentingnya membuat perencanaan waktu belajar.
b.      Membantu siswa untuk membuat perencanaan waktu belajar.
c.       Membantu siswa untuk dapar mematuhi rencana waktu belajar yang sudah dibuat.
Informasi pendahuluan untuk bahan diskusi:
Ada berbagai faktor yang harus diperhatikan dalam membuat jadwal kegiatan belajar. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat dipakai sebagai petunjuk hal-hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu:
a.       Apakah saya harus belajar setelah mengikuti pelajaran atau sebelum ulangan ?
Sebagian besar ahli berpendapat bahwa lebih baik belajar secapat mungkin setelah bahan pelajaran diberikan dikelas. Tugas-tugas dan hal-hal penting yang baru saya dijelaskan masih segar dalam ingatan. Bila anda lakukan hal ini, anda akan mengingat bahan pelajaran itu lebih baik.
b.      Haruskah saya belajar dirumah ?
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anda sebaiknya belajar dirumah asal kondisi dan situasi rumah menunjang. Tetapi hal ini  bergantung pada masing-masing individu. Bila kondisi rumah tidak memungkinkan untuk belajar dengan tenang, maka jangan membuang-buang waktu disekolah, konsenterasikan diri untuk belajar disekolah atau diperpustakaan.
c.       Berapa waktu yang saya perlukan untuk belajar ?
Individu-individu belajar dengan kecepatan yang berbeda. Anda harus tahu apakah anda belajar lebih lambat dari rata-rata teman anda satu kelas, lebih cepat, atau sama saja kecepatannya. Banyak siswa harus menyelesaikan tugas yang sama dalam waktu dua atau tiga kali lebih lama daripada teman-temannya. Kenalilah perbedaan-perbedaan ini. Apakah nilai anda setinggi yang anda dan teman-teman anda kira ?tentukan berapa waktu yang anda perlukan untuk mendaparkan hasil yang memuaskan, dan kemudian bagilah waktu anda sesuai dengan pedoman itu.
d.      Berapa waktu yang saya perlukan untuk setiap kali waktu belajar ?
Apabila anda belajar hanya dalam waktu yang singkat, anda boleh berhenti bila anda merasa sudah tidak belajar dengan efisien.Waktu belajar untuk sekali periode adalah antara 45 – 60 menit dan di selingi dengan istirahat, kemudian belajar lagi, dan seterusnya.
e.       Menyusun jadwal belajar.
Prosedur yang disarankan:
a.       Buatlah perikiraan waktu yang anda gunakan untuk tidur, makan, mandi dan mengerjakan hal-hal kecil lain seperti berpakaian, berdandan, membersihkan tempat tidur, dan lain-lain, waktu belajar disekolah, belajar dirumah, dan rekreasi. Kurangkan jumlah jam yang anda peroleh ke 24 jam, anda akan memperoleh gambaran beraoa waktu yang anda buang setiap hari. Apakah anda telah membuang-buang waktu ?
b.      Buatlah jadwal belajar dengan mempraktekkan prinsip-prinsip yang diuraikan diatas dan mengurangi seminimal mungkin waktu yang terbuang. Cantumkan jadwal belajar anda dipapan tulis sehingga dapat dilihat oleh semua siswa. Berikan kesempatan pada kelompok untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan memberikan saran-saran.
c.       Pilih salah satu jadwal dari salah seorang anggota kelompok dan tanyakan pada yang membuat apakah ia akan menaati jadwal belajar yang dibuatnya. Kemudian teruskan dengan menanyakan komentar anggota kelompok yang lain.
d.      Membicarakan hasil pelaksanaan pembuatan jadwal dalam pertemuan berikutnya dengan mendiskusikan keuntungan-keuntungan dan kelemahan-kelemahannya.
Cobalah laksanakan jadwal yang sudah anda perbaiki itu untuk waktu satu minggu, dan laporkan keberhasilan atau masalah yang dihadapi dalam menggunakan jadawal kepada konselor atau wali kelas agar dapat dibantu.
Contoh-contoh topic tersebut kiranya secara umum dapat dilaksanakn disekolah-sekolah di Indonesia, tetapi beberapa topic yang menyangkut nilai-nilai, misalnya cara-cara bergaul dengan lain jenis materinya harus disesuaikan dengan situasi dan sosial budaya kita. Konselor dan guru-guru membicarakan topic-topik mana yang perlu mendapat prioritas dan diberikan dikelas berapa.Kemudian masing-masing topic dijabarkan dalam bentuk latihan yang dapat dikerjakan sendiri oleh siswa diatas. Pelaksanaan program bimbingan kelompok disusun sesuai dengan kelas yang ada, yaitu kelas I – III, dengan menggunakan waktu yang disediakan untuk jam bimbingan atau waktu-waktu kosong bila ada guru yang tidak mengajar.
Mengingat sulitnya konselor mendapatkan waktu untuk melakukan kegiatan bimbingan kelompok dikelas, penyusunan bahan bimbingan kelompok secara terstruktur tersebut akan sangat membantu. Misalnya, bila ada jam kosong karena ada guru yang berhalangan mengajar, konselor dapat mengisi dengan bahan bimbingan yang sesuai dengan kelas dan waktunya. Demikian pula, apabila ada siswa yang tidak masuk pada saat latihan dilakukan, ia dapat datang ke kantor konselor dan mengerjakan latihan secara individual.
Paket-paket yang telah dibuat tersebut setelah dilaksanakn harus diikuti dengan evaluasi secara kontinyu untuk dapat mengetahui kekurangan-kekurangannya, sehingga dapat diperbaiki dan dikembangkan dengan lebih sempurna. Untuk dapat mengadakan evaluasi dengan baik perlu dibuat pola model evaluasi yang akan dilaksanakan. Menurut Gysbeers dan Henderson ( 1988 ) ada dua macam cara untuk mengadakan evaluasi program, yaitu: mengevaluasi program berdasarkan kriteria standar program bimbingan yang baik, dan mengevaluasi program melalui evaluasi hasil yang dicapai siswa. Kedua macam model evaluasi program itu membutuhkan perencanaan yang matang tentang pelaksanaannya yang meliputi: instrument pengumpul data, waktu pengumpulan data, petugas pengumpul data, dan pelaporan hasil evaluasi.
D.    Pelaksanaan Program Bimbingan Kelompok
Pelaksanaan kegiatan-kegiatan bimbingan kelompok tidak hanya menjadi tanggung jawab konselor, tetapi tanggung jawab seluruh tim bimbingan disekolah. Tim bimbingan disekolah khususnya di sekolah lanjutan atas di Amerika Serikat terdiri dari konselor sekolah, psikolog, perawat sekolah, pekerja sosial, konselor karier, dan ahli terapi dalam bidang tertentu seperti terapi berbicara, dan guru. Besar dan lengkapnya tim bimbingan bergantung pada besar kecilnya sekolah dan besar kecilnya dana penunjang sekolah yang bersangkutan. Diantara anggota tim itu yang secara penuh bekerja disatu sekolah adalah konselor dan konselor karier, sedangkan anggota tim yang lain bekerja untuk beberapa sekolah, dan bertugas di tiap sekolah sesuai dengan kontrak. Di Indonesia, tim bimbingan terdiri dari konselor sekolah, guru, dan staf sekolah yang lain misalnya perawat atau bila ada dokter sekolah. Masing-masing anggota tim mempunyai tugas yang tidak sama.
Untuk dapat melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok dengan baik diperlukan kompetensi-kompetensi tertentu seperti yang sudah dibicarakan secara umum di bab sebelumnya. Kompetensi tersebut mencakup pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktek ( Corey, 1985 ).
Berikut ini duraikan kompetensi-kompetensi pemimpik kelompok yang dikeluarkan ileh “ Association for Specialists in Group Work ( ASGW ) “ di Amerika, dan deskripsi tugas tim pelaksana kegiatan bimbingan kelompok disekolah.
1.      Komptensi-kompetensi pemimpin kelompok
Kompetensi pengetahuan:
Seorang konselor kelompok yang profesional harus menguasai pengetahuan-pengetahuan tentang berbagai aspek kegiatan kelompok sebagai berikut:
a.       Teori-teori konseling kelompok, perbedaan-perbedaan diantara teori-teori itu dan konsep-konsep dasarnya.
b.      Prinsip-prinsip pokok dinamika kelompok dan kunci-kunci pokok proses kelompok.
c.       Kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan, nilai-nilai, dan ciri-ciri pribadi lain dari diri sendiri yang berpengaruh terhadap fungsinya sebagai pemimpin kelompok.
d.      Kode etik profesi, terutama untuk mengenai pekerjaan kelompok.
e.       Informasi mutakhir tentang penelitian dalam bidang pekerjaan kelompok.
f.       Peranan-peranan dan perilaku-perilaku yang membantu dan yang merugikan anggota kelompok.
g.      Keuntungan-keuntungan dan kelemahan-kelemahan pekerjaan kelompok dan situasi-situasi yang tepat atau tidak untuk menggunakan pekerjaan kelompok sebagai suatu bentuk intervensi yang bersifat terapeutik.
h.      Ciri-ciri interaksi kelompok dan peranan-peranan konselor didalam tahap-tahap pengembangan kelompok.
Kompetensi keterampilan:
Seorang konselor kelompok yang baik harus mampu menunjukkan penguasaan keterampilan-keterampilan berikut :
a.       Mampu menyaring dan menilai kesiapan klien untuk berpartisipasi dalam kelompok.
b.      Mempunyai pengertian yang jelas mengenai konseling kelompok dan mamou menjelaskan tujuan dari prosedur konseling kelompok pada peserta konseling kelompok.
c.       Mampu mendiagnosis perilaku yang merusak diri sendiri pada para anggota kelompok dan mampu menangani kasus-kasus seperti itu dalam kelompok secara konstruktif.
d.      Memberi contoh perilaku yang tepat bagi anggota kelompok.
e.       Menggunakan keterampilan-keterampilan yang dikuasainya secara tepat waktu dan efektif.
f.       Melakukan intervensi pada saat-saat yan g kritis dalam proses kelompok.
g.      Mampu menggunakan teknik-teknik pokok, strategi-strategi, dan prosedur-prosedur konseling kelompok.
h.      Memperhatikan faktor-faktor terapeutik yang dapat membawa kearah perubahan perilaku kelompok maupun perilaku individu anggota kelompok.
i.        Mampu memanfaatkan kegaiatan kelompok yang ada kaitannya misalnya pekerjaan rumah.
j.        Mampu bekerjasama secara efektif dengan pendamping pemimpin kelompok.
k.      Tahu bagaimana mengarahkan pertemuan kelompok secara efektif sampai selesai dan bagaimana mengakhirinya.
l.        Mampu menggunakan prosedur tindak lanjut untuk mempertahankan dan mendukung hasil layanan pada para anggota kelompok.
m.    Mampu menggunakan prosedur penilaian untuk menilai hasil kelompok.
Kompetensi yang berkaitan dengan praktek klinis:
Pengalaman yang harus dimiliki konselor kelompok dalam hal ini sebagai berikut:
a.       Memberikan kritik pada rekaman proses kelompok.
b.      Mengamati pelaksanaan konseling kelompok.
c.       Berpartisipasi sebagai anggota dalam kelompok.
d.      Menjadi pendamping pemimpin kelompok dengan bimbingan.
e.       Pengalaman praktek memimpin kelompok secara mandiri.
f.       Magang sebagai pemimpin kelompok dibawah bimbingan pemimpin kelompok yang sudah berpengalaman.
Kemampuan-kemampuan tersebut selain diperoleh dari pendidikan formal, latihan-latihan, dan pengalaman-pengalaman dibawah pengawasan seorang pembimbing, juga dapat diperoleh dengan berpartisipasi sebagai anggota dari macam-macam kelompok.Pemimpin kelompok harus selalu berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dengan mengikuti penataran, seminar, dan lokakarya serta menjadi anggota dari kelompok-kelompok bimbingan, konseling atau kelompok psikoterapi. Dengan menjadi anggota kelompok, pemimpin kelompok dapat merasakan bagaimana kalau proses kelompok mengalami kemacetan, mengalami rasa tidak enak dalam kelompok, ditentang anggota lain, cara memecahkan masalah dalam kelompok, serta mendapatkan pengalaman-pengalaman praktis  dalam membina kepercayaan dan kohesitivas kelompok. Lebih daripada itu menjadi anggota kelompok selain untuk pertumbuhan profesional juga untuk pertumbuhan pribadi.
Secara singkat seorang pemimpin kelompok harus selalu berusaha mengembangkan kompetensinya.Ia harus terus menilai kemampuannya dan bertanya pada dirinya sendiri sejauh mana kemampuannya dalam memimpin kelompok.
2.      Deskripsi tugas anggota tim pelaksana kegiatan bimbingan kelompok.
Seperti telah disebutkan diatas bahwa anggota tim pelaksana bimbingan kelompok dsekolah terdiri dari konselor, guru, dan staf sekolah yang lain, misalnya petugas usaha kesehatan sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah secara otomatis menjadi koordinator administrative pelaksanaan kegiatan bimbingan. Agar pelaksanaan kegiatan dapat berlangsung dengan baik, perlu adanya deskripsi tugas yang jelas dari masing-masing anggota tim. Berikut ini duraikan deskripsi tugas para anggota tim yang disarikan dari pendapat Shertzer dan Stone ( 1981 ) dan Pietrofesa, dan kawan-kawan ( 1980 ) dan diramu disesuaikan dengan kondisi sekolah di Indonesia.
            Konselor sekolah:
            Konselor sekolah merupakan satu-satunya anggota tim pelaksana bimbingan di sekolah yang mempunyai latar belakang pendidikan profesional dibidang bimbingan dan konseling. Tetapi, dalam melaksanakan tugasnya ia harus bekerjasama dengan guru dan anggota staf yang lain. Dalam pelaksanaan bimbingan disekolah ia bertindak sebagai koordinator teknis keseluruhan program bimbingan. Secara rinci tugas konselor dalam pelaksanaan bimbingan kelompok adalah sebagai berikut:
a.       Memimpin penyusunan program bimbingan kelompok.
b.      Membuat petunjuk pelaksanaan program bimbingan untuk semua anggota tim pelaksana program bimbingan.
c.       Menyusun deskripsi tugas masing-masing tim pelaksana program.
d.      Menyusun dan menyiapkan paket-paket atau bahan bimbingan kelompok yang dapat diberikan dalam kegiatan homeroom.
e.       Menyelenggarakan konseling kelompok.
f.       Mengadakan konsultasi dengan guru mengenai pelaksanaan program, khususnya mengenai kegiatan homeroom.
g.      Bekerjasama dengan lembaga-lembaga diluar sekolah yang ada kaitannya dengan perencanaan pendidikan dan pekerjaan.
h.      Mengadakan konsultasi dengan orang tua mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan studi dan pekerjaan, dan perkembangan pribadi anak-anaknya.
i.        Mengkoordinasi pelaksanaan evaluasi program bimbingan.
Guru.
Dibandingkan dengan konelor sekolah, guru merupakan staf sekolah yang lebih sering bertatap muka dengan siswa karena setiap minggu ia memounyai jam-jam khusus untuk mengajar dan bertemu dengan siswa. Didalam pelaksanaan bimbingan kelompok tugas guru adalah membantu kegiatan-kegiatan kelompok yang menggunakan basis kelas. Secara rinci tugasnya adalah sebagai berikut:
a.       Membantu pelaksanaan orientasi siswa.
b.      Menyelenggarakan kegiatan homeroom untuk memberi kesempatan pada siswa mengemukakan masalah-masalah yang tidak sempat dikemukakan dalam jam pelajaran bidang studi.
c.       Menyampaikan masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan dalam kegiatan homeroom kepada konselor untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
d.      Memberikan bimbingan keterampilan-keterampilan belajar pada siswa, khususnya keterampilan belajar yang berhubungan dengan bidang studi yang diajarkannya.
e.       Memberi informasi tentang lanjutan studi dan macam-macam pekerjaan yang berkaitan dengan bidang studinya.
f.       Menjadi fasilitator dalam pelaksanaan bimbingan karier.
g.      Membantu pelaksanaan evaluasi program bimbingan kelompok.
Petugas kesehatan sekolah
Petugas kesehatan sekolah dapat berupa guru yang sudah mendapat penataran dan latihan khusus mengenai usaha kesehatan sekolah  yang ditunjuk sebagai penanggung jawab dan pelaksana usaha kesehatan sekolah. Disekolah-sekolah tertentu ada dokter khusus yang bertugas secara part-time untuk memeriksa kesehatan siswa. Secara umum tugas petugas kesehatan sekolah, perawat atau dokter adalah memberikan data mengenai keadaan kesehatan siswa terutama bagi siswa-siswa yang membutuhkan layanan rujukan ( referral ).
Kepala sekolah
Kepala sekolah karena jabatannya memegang koordinator administrative pelaksanaan program bimbingan termasuk didalamnya program bimbingan kelompok. Kepala sekolah mempunyai tanggung jawab dalam mengetahui kebutuhan-kebutuhan siswa akan bimbingan dan pentingnya program bimbingan yang kompeherensif. Secara rinci tugas-tugas kepala sekolah dalam pelaksanaan bimbingan adalah sebagai berikut :
a.       Mengusahakan dapat memperoleh konselor yang kompeten.
b.      Mengusahakan agar deskripsi tugas masing0masing anggota tim bimbingan cukup jelas, dan mengawasi apakah tugas-tugas itu dilaksanakan dengan baik.
c.       Menyediakan fasilitas dan bahan-bahan yang diperlukan untuk pelaksanaan program bimbingan.
d.      Menjelaskan kepada guru-guru dan orang tua siswa mengenai program-program bimbingan yang dilaksanakan disekolah.
e.       Mengusahakan penataran atau latihan bimbingan kepada guru-guru.
f.       Mendorong usaha untuk mengadakan evaluasi program dan perbaikan program, serta peningkatan kualitas pelaksana program bimbingan.
g.      Mengadakan konsultasi dengan guru-guru dan konselor mengenal kebutuhan-kebutuhan dan masalah-masalah khusus.
Agar dapat tercapai hasil yang baik dalam pelaksanaan program bimbingan kelompok perlu adanya kerjasama yang baik antara masing-masing anggota tim. Masing-masing anggota tim supaya berusaha untuk mengerjakan tugas masing-masing seoptimal mungkin. Dalam hal ini supervise dari kepala sekolah dan konselor sekolah sangat diperlukan.



BAB III
PENUTUP
E.     Kesimpulan
Penyusunan program bimbingan kelompok secara kompeherensif sangat perlu agar kegiatan bimbingan kelompok dapat dilakukan secara terarah  dan terencana. Penyusunan suatu program bimbingan kelompok yang kompeherensif perlu memperlihatkan syarat-syarat tertentu, yaitu: kebutuhan, siswa, kondisi dan situasi sekolah, dan kecocokan dengan keseluruhan program pendidikan dan pengajaran disekolah yang bersangkutan. Penysunan program mengikuti langkah-langkah tertentu, yaitu: perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, dan penilaian.
Program bimbingan kelompok yang sudah disusun supaya dijabarkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan operasional yang terstruktur, sehingga mudah melaksanakannya.Pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok supaya di evaluasi secara kontinyu, sehingga dapat diketahui kekurangan-kekurangan dan kelebihan-kelebihannya, sebagai bahan untuk pengembangan program selanjutnya.
Pelaksanaan Program Bimbingan Kelompok. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan bimbingan kelompok tidak hanya menjadi tanggung jawab konselor, tetapi tanggung jawab seluruh tim bimbingan disekolah. Di Indonesia, tim bimbingan terdiri dari konselor sekolah, guru, dan staf sekolah yang lain misalnya perawat atau bila ada dokter sekolah. Masing-masing anggota tim mempunyai tugas yang tidak sama. Untuk dapat melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok dengan baik diperlukan kompetensi-kompetensi tertentu seperti yang sudah dibicarakan secara umum di bab sebelumnya. Kompetensi tersebut mencakup pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktek