BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sebelum menyusun program bimbingan, baik program bimbingan secara
keseluruhan maupun program bimbingan kelompok di sekolah tertentu, perlu
diketahui dulu apa yang ingin disusun. Pernyataan ini kedengarannya aneh,
tetapi kenyataannya menunjukkan bahwa banyak program bimbingan di
sekolah-sekolah berlangsung dari tahun ke tahun tanpa tujuan yang jelas.
Suatu program bimbingan yang baik biasanya mengikuti
suatu pola perencanaan tertentu, dan dapat melihat kondisi-kondisi yang akan
dihadapi, serta sanggu menghadapi perubahan-perubahan. Perencanaan awal program
bimbingan harus diarahkan untuk menjawab tiga pertanyaan, yaitu : apa
kebutuhan-kebutuhan bimbingan siswa? Sejauh mana kebutuhan-kebutuhan itu
dipenuhi dengan kondisi yang ada sekarang? Dan
bagaimana sekolah dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut dengan lebih
baik?
Pertanyaan pertama tersebut mengacu pada
bermacam-macam masalah yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari, dan
dalam membuat perencanaan masa depan. Pertanyaan kedua berkaitan dengan
macam-macam bantua dan efektivitas bantuan yang diberikan sekolah kepada
siswa-siswa.Sedangkan pertanyaan terakhir berkaitan dengan cara-cara bagaimana
sekolah pada umumnya dan layanan bimbingan pada khususnya dapat membantu siswa
dengan lebih baik dalam perencanaan pendidikan, pekerjaan, dan penyesuaian
diri.
Dalam materi ini, akan dibahas tentang
perinsip-prinsip penyusunan bimbingan, tahap-tahap penyusunan program
bimbingan, contoh program bimbingan kelompok di Sekolah Menengah Atas, dan
pelaksana program bimbingan kelompok.
B. Rumusan
masalah
1. Mengetahui
apa saja prinsip-prinsip penyusunan program bimbingan ?
2. Mengetahui
apa dan bagaimana tahap-tahap penyusunan program bimbingan ?
3. Mengetahui
apa saja contoh dan bagaimana pelaksana program bimbingan kelompok ?
C. Tujuan
Tujuan
di buatnya makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah cara-cara membuat
program bimbingan kelompok.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Prinsip-Prinsip
Penyusunan Program Bimbingan
Prinsip-prinsip penyusunan program bimbingan yang
diuraikan dalam bagian ini bersifat umum dan dapat dipakai untuk menyusun
program bimbingan keseluruhan maupun program bimbingan kelompok.
Prinsip-prinsip berikut ini disarikan dari pendapat Erickson ( 1955 ) dan
Gysbers dan Henderson ( 1988 ):
a. Program
bimbingan supaya disusun selaras dengan program pendidikan dan pengajaran dari
sekolah yang bersangkutan, dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di
sekolah dan di lingkungan sekolah
b. Pada
waktu menelaah kebutuhan-kebutuhan, masalah dan karakteristik siswa, supaya
mengikutsertakan staf sekolah yang lain.
c. Program
bimbingan perlu diinformasikan pada seluruh staf sekolah, sehingga mereka dapat
memahami dan mau memberi dukungan secara berkesinambungan.
d. Kemampuan
staf sekolah dalam bidang bimbingan dan konseling perlu diketahui, yang
meliputi: pengalaman kerja, pendidikan, dan latihan yang dimiliki, kepribadian,
minat terhadap bimbingan, latar belakang kehidupannya, dan kemampuan
kepemimpinannya. Perlu juga diidentifikasi kemampuan memberikan bantuan dari
orang tua siswa dan unsur-unsur masyarakat setempat.
e. Meneliti
macam-macam layanan dam kegiatan-kegiatan lain yang sudah ada dan dilaksanakan
di sekolah.
f. Membuat
analisis tentang layanan-layanan pokok bimbingan yang meliputi layanan-layanan:
pengumpulan data, informasi, konseling, penempatan, evaluasi dan tindak lanjut.
Program bimbingan yang dibuat harus mengacu pada hasil analisis tersebut.
g. Perlu
ditentukan siapa yang akan menjadi pemimpin penyusunan program, dan pembagian
tugas-tugas pada anggota tim sesuai dengan analisis tugas masing-masing.
Pembagian tugas agar ditentukan sesuai dengan waktu yang tersedia dari
masing-masing anggota.
h. Merencanakan
dan melaksanakan latihan bimbingan dan konseling sesuai dengan hasil penelaahan
kebutuhan dan kemampuan staf sekolah, serta berdasarkan analisis tugas. Untuk
melakukan latihan itu sekolah dapat bekerjasama dengan ahli bimbingan dan
konseling dari perguruan tinggi atau lembaga lain yang bersangkutan.
i.
Mengadakan supervise dan bantuan yang
diperlukan secara berkesinambungan kepada para pelaksana program.
j.
Merencanakan dan melaksanakan penilaian
efektivitas pelaksanaan program secara berkesinambungan .
B.
Tahap-Tahap
Penyusunan Program Bimbingan
Dalam menyusun program bimbingan perlu dibedakan
antara membuat program yang sama sekali baru, dengan mengubah atau
mengembangkan program yang sudah ada. Menurut Gysbers dan Henderson ( 1988 )
pada dasarnya penyusunan kedua jenis program itu tidak banyak berbeda, yaitu
melalui empat tahap yang meliputi: perencanaan, pembuatan, pelaksanaan, dan
penilaian.
a. Perencanaan
program:
Pada tahap perencanaan,
hal-hal yang harus dikerjakan oleh pengembang program adalah:
a. Meneliti
kebutuhan-kebutuhan siswa
b. Mengklarifikasi
tujuan-tujuan yang ingin dicapai.
c. Meneliti
program yang sudah ada.
d. Mengusahakan
dukungan dari staf sekolah dan orang tua siswa dan masyarakat.
e. Menentukan
prioritas program.
b. Penyusunan
program:
Pada tahap penyusunan
program kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Merumuskan
tujuan-tujuan program secara operasional dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang
dapat diukur hasilnya.
b. Memilih
strategi pelaksanaan program.
c. Menjabarkan
komponen-komponen program.
d. Menganalisis
kompetensi-kompetensi staf sekolah.
e. Mengadakan
pengembangan staf pelaksana program.
c. Pelaksanaan
program:
Pada tahap pelaksanaan
program kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Mengidentifikasi
sumber-sumber yang diperlukan, yang meliputi: manusia, sarana, prasarana, dan
waktu.
b. Membuat
instrument pengukuran keberhasilan pelaksanaan program.
c. Melaksanakan
program dan menyesuaikan dengan pelaksanaan program-program sekolah yang lain.
d. Mengadakan
perubahan berdasarkan hasil penilaian yang sudah dilakukan.
d. Penilaian
program:
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Menentukan
komponen-komponen program yang akan dinilai.
b. Memilih
model penilaian program yang akan dipakai.
c. Memilih
instrument penilaian.
d. Menentukkan
prosedur pengumpulan data.
e. Meciptakan
system monitoring pelaksanaan program.
f. Penyajian
data, analisis tugas-tugas, dan pembuatan laporan penilaian.
Bila
dalam suatu sekolah sudah ada program yang dilaksanakan tetapi berdasarkan
hasil penilaian kurang dapat memenuhi kebutuhan siswa dan ingin diubah atau
dikembangkan, maka tahap-tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Tahap 1. Menciptakan iklim untuk berubah
Suatu perubahan yang berhasil
bergantung pada lingkungan yang positif dan mendukung.Untuk ini perlu
diciptakan iklim sekolah dan personel yang siap untuk diajak dan mau mengadakan
perubahan. Faktor pendukung ini meliputi kepala sekolah dan staf sekolah yang
lain, orang tua siswa, siswa, dan masyarakat. Instrument yang dapat dipakai untuk
menjajagi pendapat adalah: daftar cek, dan bertukar pendapat antara pihak-pihak
yang bersangkutan untuk meningkatkan iklim yang menunjang.
Tahap 2. Menganalisis program
Menghubungkan antara apa yang sudah
ada sekarang dengan perubahan membutuhkan pengertian mengenai perbedaan antara
apa yang sudah dilaksanakan sekarang dengan apa yang akan dikembangkan. Hal ini
mencakup persepsi siswa sebagai subjek yang menggunakan program, persepsi
pelaksana program, data empiris tentang tujuan-tujuan yang ingin dicapai, dan
gambaran mengenai hal yang akan dilaksanakan. Untuk itu perlu diadakan survey
kepada para pelaksana program dan pemakai program, dengan memakai instrument
daftar cek.
Tahap 3. Membuat pola
program baru
Dalam
tahap ini, diputuska macam program baru yang akan dibuat. Suatu program yang
berhasil memerlukan perencanaa yang baik dan teliti. Perencanaan itu meliput:
isi, metode, sumber-sumber, cara memasarkan, dan cara menilai program.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan daftar cek, yang ditujukan untuk
mengetahui sumber-sumber untuk layanan konseling, sumber-sumber lain yang tersedia,
metode-metode untuk melaksanakan program, cara-cara pengembangan staf, cara
menilai program, dan kalender pelaksanaan program secara rinci.
Untuk
dapat membuat program bimbingan pada umumnya dan bimbingan kelompok pada
khususnya, perlu dibentuk tim pengembang program. Tim ini biasanya terdiri dari
konselor, guru-guru yang mempunyai minat pada bimbingan dan yang mempunyai
latar belakang bimbingan, misalnya lulusan program S1 atau DIII IKIP/FKIP serta
mereka yang telah mendapat penataran bimbingan, kepala sekolah dan staf sekolah
lain yang berminat, misalnya dokter sekolah atau petugas UKS.
Pemimpin
kelompok pengembang program bimbingan biasanya dipegang oleh konselor.Ia
mempunyai peranan dan tanggung jawab utama untuk mengorganisasi dan mengatur
proses pengembangan program, serta memberikan supervise kepada staf pengembang
program. Secara rinci peranan pemimpin kelompok adalah sebagai berikut:
a. Sebagai
manager proses perubahan program, ia harus membuat rencana pengembangan
program, yang meliputi usulan perubahan, dan perencanaan waktu kapan perubahan
akan dilakukan dengan mencantumkan jadwal kegiatan yang direncanakan. Ia juga
harus memonitor apakah tugas-tugas yang sudah dirinci itu dikerjakan oleh
anggota kelompoknya.
b. Sebagai
pemimpin kelompok konselor harus mempunyai konsep yang jelas mengenai model
program bimbingan yang akan dikembangkannya. Ia bertanggung jawab untuk
menjelaskan keada anggotanya mengenai model program, isi, dan strategi
pelaksanaannya. Ia juga berkewajiban membantu anggota stafnya apabila mengalami
kesukaran dalam melaksanakan tugasnya.
c. Menjaga
agar tujuan perubahan tetap merupakan pedoman kerja dalam penyusunan program
pengembangan. Untuk ini pemimpin kelompok perlu mencari dan mengembangkan
sumber-sumber yang dapat mendukung pelaksanaan perubahan program. Misalnya,
orang tua siswa yang berminat dan mau menyumbang dana dan pikiran, ahli-ahli
bimbingan dari lembaga pendidikan tinggi setempat, dan ahli dari
lembaga-lembaga yang ada kaitannya dengan pekerjaan bimbingan seperti polisi bagian
pembinaan anak-anak nakal dan penyalahgunaan obat terlarang, dokter, dan
sebagainya.
C.
Contoh
Program Bimbingan Kelompok
Kegiatan-kegiatan bimbingan kelompok disekolah
lanjutan atas dapat dikelompokkan dalam empat bidang yang berkaitan dengan
pengembangan pribadi siswa, yaitu: orientasi terhadap sekolah, memahami diri
sendiri, memahami orang lain, dan merencanakan masa depan yang mencakup
perencanaan pendidikan dan pekerjaan. Bidang-bidang ini kadang-kadang juga
disebut sebagai bidang: pendidikan, sosial, pribadi, dan pekerjaan.
Masing-masing bidang kemudian dijabarkan dalam bantuk topic-topik yang membahas
masalah-masalah yang banyak dialami oleh para remaja dalam perkembangannya
kearah dewasa.
Berikut ini diberikan contoh materi yag tercakup
dalam program bimbingan kelompok untuk anak Sekolah Lanjutan Atas yang
dikembangkan oleh tiga orang ahli bimbingan, yaitu Wrenn, Hein, dan Schwarzock
( 1972 ).
1. Orientasi
pada sekolah
Topic-topik
yang disajikan meliputi:
a. Mengapa
saya pergi ke sekolah ?
b. Bagaimanakah
kebiasaan-kebiasaan, kebijakan-kebijakan, dan peraturan sekolah saya ?
c. Apa
yang saya ketahui mengenai mata pelajaran-mata pelajaran yang diberikan di
sekolah saya ?
Bahan-bahan
bimbingan kelompok yang telah diuraikan di materi sebelumnya dapat dipakai
sebagai isi informasi dan disesuaikan dengan topiknya. Misalnya, untuk topic “
Bagaimana cara terbaik untuk mengatur waktu sehari-hari ?”, bahannya dapat
diambil dari “ Cara mengatur waktu ”. Contoh jabaran lengkap topic tersebut
adalah sebagai berikut:
Topic
: “ Bagaimana caea terbaik untuk mengatur waktu sehari-hari “.
Tujuan
kegiatan:
a. Memberi
pengertian kepada siswa pentingnya membuat perencanaan waktu belajar.
b. Membantu
siswa untuk membuat perencanaan waktu belajar.
c. Membantu
siswa untuk dapar mematuhi rencana waktu belajar yang sudah dibuat.
Informasi
pendahuluan untuk bahan diskusi:
Ada
berbagai faktor yang harus diperhatikan dalam membuat jadwal kegiatan belajar.
Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat dipakai sebagai petunjuk hal-hal
penting yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Apakah
saya harus belajar setelah mengikuti pelajaran atau sebelum ulangan ?
Sebagian besar ahli
berpendapat bahwa lebih baik belajar secapat mungkin setelah bahan pelajaran
diberikan dikelas. Tugas-tugas dan hal-hal penting yang baru saya dijelaskan
masih segar dalam ingatan. Bila anda lakukan hal ini, anda akan mengingat bahan
pelajaran itu lebih baik.
b. Haruskah
saya belajar dirumah ?
Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa anda sebaiknya belajar dirumah asal kondisi dan situasi rumah
menunjang. Tetapi hal ini bergantung
pada masing-masing individu. Bila kondisi rumah tidak memungkinkan untuk
belajar dengan tenang, maka jangan membuang-buang waktu disekolah,
konsenterasikan diri untuk belajar disekolah atau diperpustakaan.
c. Berapa
waktu yang saya perlukan untuk belajar ?
Individu-individu
belajar dengan kecepatan yang berbeda. Anda harus tahu apakah anda belajar
lebih lambat dari rata-rata teman anda satu kelas, lebih cepat, atau sama saja
kecepatannya. Banyak siswa harus menyelesaikan tugas yang sama dalam waktu dua
atau tiga kali lebih lama daripada teman-temannya. Kenalilah
perbedaan-perbedaan ini. Apakah nilai anda setinggi yang anda dan teman-teman
anda kira ?tentukan berapa waktu yang anda perlukan untuk mendaparkan hasil
yang memuaskan, dan kemudian bagilah waktu anda sesuai dengan pedoman itu.
d. Berapa
waktu yang saya perlukan untuk setiap kali waktu belajar ?
Apabila anda belajar
hanya dalam waktu yang singkat, anda boleh berhenti bila anda merasa sudah
tidak belajar dengan efisien.Waktu belajar untuk sekali periode adalah antara
45 – 60 menit dan di selingi dengan istirahat, kemudian belajar lagi, dan
seterusnya.
e. Menyusun
jadwal belajar.
Prosedur
yang disarankan:
a. Buatlah
perikiraan waktu yang anda gunakan untuk tidur, makan, mandi dan mengerjakan
hal-hal kecil lain seperti berpakaian, berdandan, membersihkan tempat tidur,
dan lain-lain, waktu belajar disekolah, belajar dirumah, dan rekreasi.
Kurangkan jumlah jam yang anda peroleh ke 24 jam, anda akan memperoleh gambaran
beraoa waktu yang anda buang setiap hari. Apakah anda telah membuang-buang waktu
?
b. Buatlah
jadwal belajar dengan mempraktekkan prinsip-prinsip yang diuraikan diatas dan
mengurangi seminimal mungkin waktu yang terbuang. Cantumkan jadwal belajar anda
dipapan tulis sehingga dapat dilihat oleh semua siswa. Berikan kesempatan pada
kelompok untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan memberikan saran-saran.
c. Pilih
salah satu jadwal dari salah seorang anggota kelompok dan tanyakan pada yang
membuat apakah ia akan menaati jadwal belajar yang dibuatnya. Kemudian teruskan
dengan menanyakan komentar anggota kelompok yang lain.
d. Membicarakan
hasil pelaksanaan pembuatan jadwal dalam pertemuan berikutnya dengan
mendiskusikan keuntungan-keuntungan dan kelemahan-kelemahannya.
Cobalah laksanakan jadwal yang
sudah anda perbaiki itu untuk waktu satu minggu, dan laporkan keberhasilan atau
masalah yang dihadapi dalam menggunakan jadawal kepada konselor atau wali kelas
agar dapat dibantu.
Contoh-contoh
topic tersebut kiranya secara umum dapat dilaksanakn disekolah-sekolah di
Indonesia, tetapi beberapa topic yang menyangkut nilai-nilai, misalnya
cara-cara bergaul dengan lain jenis materinya harus disesuaikan dengan situasi
dan sosial budaya kita. Konselor dan guru-guru membicarakan topic-topik mana
yang perlu mendapat prioritas dan diberikan dikelas berapa.Kemudian
masing-masing topic dijabarkan dalam bentuk latihan yang dapat dikerjakan
sendiri oleh siswa diatas. Pelaksanaan program bimbingan kelompok disusun
sesuai dengan kelas yang ada, yaitu kelas I – III, dengan menggunakan waktu
yang disediakan untuk jam bimbingan atau waktu-waktu kosong bila ada guru yang
tidak mengajar.
Mengingat
sulitnya konselor mendapatkan waktu untuk melakukan kegiatan bimbingan kelompok
dikelas, penyusunan bahan bimbingan kelompok secara terstruktur tersebut akan
sangat membantu. Misalnya, bila ada jam kosong karena ada guru yang berhalangan
mengajar, konselor dapat mengisi dengan bahan bimbingan yang sesuai dengan
kelas dan waktunya. Demikian pula, apabila ada siswa yang tidak masuk pada saat
latihan dilakukan, ia dapat datang ke kantor konselor dan mengerjakan latihan
secara individual.
Paket-paket
yang telah dibuat tersebut setelah dilaksanakn harus diikuti dengan evaluasi
secara kontinyu untuk dapat mengetahui kekurangan-kekurangannya, sehingga dapat
diperbaiki dan dikembangkan dengan lebih sempurna. Untuk dapat mengadakan
evaluasi dengan baik perlu dibuat pola model evaluasi yang akan dilaksanakan.
Menurut Gysbeers dan Henderson ( 1988 ) ada dua macam cara untuk mengadakan
evaluasi program, yaitu: mengevaluasi program berdasarkan kriteria standar
program bimbingan yang baik, dan mengevaluasi program melalui evaluasi hasil
yang dicapai siswa. Kedua macam model evaluasi program itu membutuhkan
perencanaan yang matang tentang pelaksanaannya yang meliputi: instrument
pengumpul data, waktu pengumpulan data, petugas pengumpul data, dan pelaporan
hasil evaluasi.
D.
Pelaksanaan
Program Bimbingan Kelompok
Pelaksanaan kegiatan-kegiatan bimbingan kelompok
tidak hanya menjadi tanggung jawab konselor, tetapi tanggung jawab seluruh tim
bimbingan disekolah. Tim bimbingan disekolah khususnya di sekolah lanjutan atas
di Amerika Serikat terdiri dari konselor sekolah, psikolog, perawat sekolah,
pekerja sosial, konselor karier, dan ahli terapi dalam bidang tertentu seperti
terapi berbicara, dan guru. Besar dan lengkapnya tim bimbingan bergantung pada
besar kecilnya sekolah dan besar kecilnya dana penunjang sekolah yang
bersangkutan. Diantara anggota tim itu yang secara penuh bekerja disatu sekolah
adalah konselor dan konselor karier, sedangkan anggota tim yang lain bekerja
untuk beberapa sekolah, dan bertugas di tiap sekolah sesuai dengan kontrak. Di
Indonesia, tim bimbingan terdiri dari konselor sekolah, guru, dan staf sekolah
yang lain misalnya perawat atau bila ada dokter sekolah. Masing-masing anggota
tim mempunyai tugas yang tidak sama.
Untuk dapat melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok
dengan baik diperlukan kompetensi-kompetensi tertentu seperti yang sudah
dibicarakan secara umum di bab sebelumnya. Kompetensi tersebut mencakup
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktek ( Corey, 1985 ).
Berikut ini duraikan kompetensi-kompetensi pemimpik
kelompok yang dikeluarkan ileh “
Association for Specialists in Group Work ( ASGW ) “ di Amerika, dan
deskripsi tugas tim pelaksana kegiatan bimbingan kelompok disekolah.
1. Komptensi-kompetensi
pemimpin kelompok
Kompetensi
pengetahuan:
Seorang
konselor kelompok yang profesional harus menguasai pengetahuan-pengetahuan
tentang berbagai aspek kegiatan kelompok sebagai berikut:
a. Teori-teori
konseling kelompok, perbedaan-perbedaan diantara teori-teori itu dan
konsep-konsep dasarnya.
b. Prinsip-prinsip
pokok dinamika kelompok dan kunci-kunci pokok proses kelompok.
c. Kekuatan-kekuatan
dan kelemahan-kelemahan, nilai-nilai, dan ciri-ciri pribadi lain dari diri
sendiri yang berpengaruh terhadap fungsinya sebagai pemimpin kelompok.
d. Kode
etik profesi, terutama untuk mengenai pekerjaan kelompok.
e. Informasi
mutakhir tentang penelitian dalam bidang pekerjaan kelompok.
f. Peranan-peranan
dan perilaku-perilaku yang membantu dan yang merugikan anggota kelompok.
g. Keuntungan-keuntungan
dan kelemahan-kelemahan pekerjaan kelompok dan situasi-situasi yang tepat atau
tidak untuk menggunakan pekerjaan kelompok sebagai suatu bentuk intervensi yang
bersifat terapeutik.
h. Ciri-ciri
interaksi kelompok dan peranan-peranan konselor didalam tahap-tahap
pengembangan kelompok.
Kompetensi keterampilan:
Seorang konselor kelompok yang baik harus mampu
menunjukkan penguasaan keterampilan-keterampilan berikut :
a. Mampu
menyaring dan menilai kesiapan klien untuk berpartisipasi dalam kelompok.
b. Mempunyai
pengertian yang jelas mengenai konseling kelompok dan mamou menjelaskan tujuan
dari prosedur konseling kelompok pada peserta konseling kelompok.
c. Mampu
mendiagnosis perilaku yang merusak diri sendiri pada para anggota kelompok dan
mampu menangani kasus-kasus seperti itu dalam kelompok secara konstruktif.
d. Memberi
contoh perilaku yang tepat bagi anggota kelompok.
e. Menggunakan
keterampilan-keterampilan yang dikuasainya secara tepat waktu dan efektif.
f. Melakukan
intervensi pada saat-saat yan g kritis dalam proses kelompok.
g. Mampu
menggunakan teknik-teknik pokok, strategi-strategi, dan prosedur-prosedur
konseling kelompok.
h. Memperhatikan
faktor-faktor terapeutik yang dapat membawa kearah perubahan perilaku kelompok
maupun perilaku individu anggota kelompok.
i.
Mampu memanfaatkan kegaiatan kelompok
yang ada kaitannya misalnya pekerjaan rumah.
j.
Mampu bekerjasama secara efektif dengan
pendamping pemimpin kelompok.
k. Tahu
bagaimana mengarahkan pertemuan kelompok secara efektif sampai selesai dan
bagaimana mengakhirinya.
l.
Mampu menggunakan prosedur tindak lanjut
untuk mempertahankan dan mendukung hasil layanan pada para anggota kelompok.
m. Mampu
menggunakan prosedur penilaian untuk menilai hasil kelompok.
Kompetensi yang berkaitan dengan praktek klinis:
Pengalaman yang harus dimiliki konselor
kelompok dalam hal ini sebagai berikut:
a. Memberikan
kritik pada rekaman proses kelompok.
b. Mengamati
pelaksanaan konseling kelompok.
c. Berpartisipasi
sebagai anggota dalam kelompok.
d. Menjadi
pendamping pemimpin kelompok dengan bimbingan.
e. Pengalaman
praktek memimpin kelompok secara mandiri.
f. Magang
sebagai pemimpin kelompok dibawah bimbingan pemimpin kelompok yang sudah
berpengalaman.
Kemampuan-kemampuan
tersebut selain diperoleh dari pendidikan formal, latihan-latihan, dan
pengalaman-pengalaman dibawah pengawasan seorang pembimbing, juga dapat
diperoleh dengan berpartisipasi sebagai anggota dari macam-macam
kelompok.Pemimpin kelompok harus selalu berusaha untuk meningkatkan
kemampuannya dengan mengikuti penataran, seminar, dan lokakarya serta menjadi
anggota dari kelompok-kelompok bimbingan, konseling atau kelompok psikoterapi.
Dengan menjadi anggota kelompok, pemimpin kelompok dapat merasakan bagaimana
kalau proses kelompok mengalami kemacetan, mengalami rasa tidak enak dalam
kelompok, ditentang anggota lain, cara memecahkan masalah dalam kelompok, serta
mendapatkan pengalaman-pengalaman praktis
dalam membina kepercayaan dan kohesitivas kelompok. Lebih daripada itu
menjadi anggota kelompok selain untuk pertumbuhan profesional juga untuk
pertumbuhan pribadi.
Secara
singkat seorang pemimpin kelompok harus selalu berusaha mengembangkan
kompetensinya.Ia harus terus menilai kemampuannya dan bertanya pada dirinya
sendiri sejauh mana kemampuannya dalam memimpin kelompok.
2. Deskripsi
tugas anggota tim pelaksana kegiatan bimbingan kelompok.
Seperti telah disebutkan diatas
bahwa anggota tim pelaksana bimbingan kelompok dsekolah terdiri dari konselor,
guru, dan staf sekolah yang lain, misalnya petugas usaha kesehatan sekolah.
Kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah secara otomatis menjadi koordinator
administrative pelaksanaan kegiatan bimbingan. Agar pelaksanaan kegiatan dapat
berlangsung dengan baik, perlu adanya deskripsi tugas yang jelas dari
masing-masing anggota tim. Berikut ini duraikan deskripsi tugas para anggota
tim yang disarikan dari pendapat Shertzer dan Stone ( 1981 ) dan Pietrofesa,
dan kawan-kawan ( 1980 ) dan diramu disesuaikan dengan kondisi sekolah di
Indonesia.
Konselor sekolah:
Konselor sekolah merupakan
satu-satunya anggota tim pelaksana bimbingan di sekolah yang mempunyai latar
belakang pendidikan profesional dibidang bimbingan dan konseling. Tetapi, dalam
melaksanakan tugasnya ia harus bekerjasama dengan guru dan anggota staf yang
lain. Dalam pelaksanaan bimbingan disekolah ia bertindak sebagai koordinator
teknis keseluruhan program bimbingan. Secara rinci tugas konselor dalam
pelaksanaan bimbingan kelompok adalah sebagai berikut:
a. Memimpin
penyusunan program bimbingan kelompok.
b. Membuat
petunjuk pelaksanaan program bimbingan untuk semua anggota tim pelaksana
program bimbingan.
c. Menyusun
deskripsi tugas masing-masing tim pelaksana program.
d. Menyusun
dan menyiapkan paket-paket atau bahan bimbingan kelompok yang dapat diberikan
dalam kegiatan homeroom.
e. Menyelenggarakan
konseling kelompok.
f. Mengadakan
konsultasi dengan guru mengenai pelaksanaan program, khususnya mengenai
kegiatan homeroom.
g. Bekerjasama
dengan lembaga-lembaga diluar sekolah yang ada kaitannya dengan perencanaan
pendidikan dan pekerjaan.
h. Mengadakan
konsultasi dengan orang tua mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan
studi dan pekerjaan, dan perkembangan pribadi anak-anaknya.
i.
Mengkoordinasi pelaksanaan evaluasi
program bimbingan.
Guru.
Dibandingkan
dengan konelor sekolah, guru merupakan staf sekolah yang lebih sering bertatap
muka dengan siswa karena setiap minggu ia memounyai jam-jam khusus untuk
mengajar dan bertemu dengan siswa. Didalam pelaksanaan bimbingan kelompok tugas
guru adalah membantu kegiatan-kegiatan kelompok yang menggunakan basis kelas.
Secara rinci tugasnya adalah sebagai berikut:
a. Membantu
pelaksanaan orientasi siswa.
b. Menyelenggarakan
kegiatan homeroom untuk memberi
kesempatan pada siswa mengemukakan masalah-masalah yang tidak sempat
dikemukakan dalam jam pelajaran bidang studi.
c. Menyampaikan
masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan dalam kegiatan homeroom kepada konselor untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
d. Memberikan
bimbingan keterampilan-keterampilan belajar pada siswa, khususnya keterampilan
belajar yang berhubungan dengan bidang studi yang diajarkannya.
e. Memberi
informasi tentang lanjutan studi dan macam-macam pekerjaan yang berkaitan
dengan bidang studinya.
f. Menjadi
fasilitator dalam pelaksanaan bimbingan karier.
g. Membantu
pelaksanaan evaluasi program bimbingan kelompok.
Petugas
kesehatan sekolah
Petugas
kesehatan sekolah dapat berupa guru yang sudah mendapat penataran dan latihan
khusus mengenai usaha kesehatan sekolah
yang ditunjuk sebagai penanggung jawab dan pelaksana usaha kesehatan
sekolah. Disekolah-sekolah tertentu ada dokter khusus yang bertugas secara part-time untuk memeriksa kesehatan
siswa. Secara umum tugas petugas kesehatan sekolah, perawat atau dokter adalah
memberikan data mengenai keadaan kesehatan siswa terutama bagi siswa-siswa yang
membutuhkan layanan rujukan ( referral ).
Kepala
sekolah
Kepala
sekolah karena jabatannya memegang koordinator administrative pelaksanaan
program bimbingan termasuk didalamnya program bimbingan kelompok. Kepala
sekolah mempunyai tanggung jawab dalam mengetahui kebutuhan-kebutuhan siswa
akan bimbingan dan pentingnya program bimbingan yang kompeherensif. Secara
rinci tugas-tugas kepala sekolah dalam pelaksanaan bimbingan adalah sebagai
berikut :
a. Mengusahakan
dapat memperoleh konselor yang kompeten.
b. Mengusahakan
agar deskripsi tugas masing0masing anggota tim bimbingan cukup jelas, dan
mengawasi apakah tugas-tugas itu dilaksanakan dengan baik.
c. Menyediakan
fasilitas dan bahan-bahan yang diperlukan untuk pelaksanaan program bimbingan.
d. Menjelaskan
kepada guru-guru dan orang tua siswa mengenai program-program bimbingan yang
dilaksanakan disekolah.
e. Mengusahakan
penataran atau latihan bimbingan kepada guru-guru.
f. Mendorong
usaha untuk mengadakan evaluasi program dan perbaikan program, serta
peningkatan kualitas pelaksana program bimbingan.
g. Mengadakan
konsultasi dengan guru-guru dan konselor mengenal kebutuhan-kebutuhan dan
masalah-masalah khusus.
Agar
dapat tercapai hasil yang baik dalam pelaksanaan program bimbingan kelompok
perlu adanya kerjasama yang baik antara masing-masing anggota tim. Masing-masing
anggota tim supaya berusaha untuk mengerjakan tugas masing-masing seoptimal
mungkin. Dalam hal ini supervise dari kepala sekolah dan konselor sekolah
sangat diperlukan.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
E.
Kesimpulan
Penyusunan
program bimbingan kelompok secara kompeherensif sangat perlu agar kegiatan
bimbingan kelompok dapat dilakukan secara terarah dan terencana. Penyusunan suatu program
bimbingan kelompok yang kompeherensif perlu memperlihatkan syarat-syarat tertentu,
yaitu: kebutuhan, siswa, kondisi dan situasi sekolah, dan kecocokan dengan
keseluruhan program pendidikan dan pengajaran disekolah yang bersangkutan.
Penysunan program mengikuti langkah-langkah tertentu, yaitu: perencanaan,
penyusunan, pelaksanaan, dan penilaian.
Program
bimbingan kelompok yang sudah disusun supaya dijabarkan dalam bentuk
kegiatan-kegiatan operasional yang terstruktur, sehingga mudah
melaksanakannya.Pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok supaya di evaluasi
secara kontinyu, sehingga dapat diketahui kekurangan-kekurangan dan
kelebihan-kelebihannya, sebagai bahan untuk pengembangan program selanjutnya.
Pelaksanaan
Program Bimbingan Kelompok. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan bimbingan kelompok
tidak hanya menjadi tanggung jawab konselor, tetapi tanggung jawab seluruh tim
bimbingan disekolah. Di Indonesia, tim bimbingan terdiri dari konselor sekolah,
guru, dan staf sekolah yang lain misalnya perawat atau bila ada dokter sekolah.
Masing-masing anggota tim mempunyai tugas yang tidak sama. Untuk dapat
melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok dengan baik diperlukan
kompetensi-kompetensi tertentu seperti yang sudah dibicarakan secara umum di
bab sebelumnya. Kompetensi tersebut mencakup pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman praktek