Selasa, 01 Januari 2013

-->
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agresi dapat dilakukan secara verbal atau fisik. Perilaku yang secara tidak sengaja menyebabkan bahaya atau sakit bukan merupakan agresi. Pengrusakan barang dan perilaku destruktif lainnya juga termasuk dalam definisi agresi. Agresi tidak sama dengan ketegasan. Dalam beberapa aspek dari agresi, tapi ada perbedaan dalam kompleksitas dari agresinya akibat faktor kebudayaan, moral, dan situasi sosial.
Sejumlah penelitian telah dilakukan dalam bidang ini. Alkohol, obat-obatan, rasa sakit, dan ketidaknyamanan, frustrasi, dan umpatan dalam media massa hanyalah sebagian faktor yang berpengaruh terhadap agresi pada manusia.Secara umum, agresi adalah tanggapan yang mampu memberikan stimulus merugikan atau merusak terhadap organisme lain.
 B. Tujuan Penulisan
Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Perilaku Sosial, tujuan penulisan makalah ini adalah agar kita lebih tahu tentang apa itu perilaku agresi. Dan dapat membedakan perilaku agresi dengan perilaku lainnya karena terdapat perbedaan yang mendasar dalam perilaku agresi. Dalam perilaku agresi juga terdapat jenis serta penyebab terjadinya perilaku agresi, namun juga dapat di ingat bahwa perilaku agresi dapat atasi.
C. Rumusan Masalah
1.     Apa pengertian dari perilaku agresi?
2.     Bagaimana teori dari perilaku agresi?
3.     Bagaimana bentuk dari perilaku agresi?
4.     Apa saja faktor penyebab dari perilaku agresi serta pencegahan dari perilaku agresi?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Agresi
Agresi adalah tingkah laku yang diarahkan kepada tujuan untuk menyakiti makhluk hidup lainnya yang ingin menghindari perlakuan semacam itu. Hal ini juga termasuk dalam agresi manusia yang dimaksud adalah siksaan yang diarahkan secara sengaja dari berbagai bentuk kekerasan terhadap orang lain. Dalam hal ini, jika menyakiti orang lain karena unsur ketidaksengajaan, maka perilaku tersebut bukan dikategorikan perilaku agresi. Rasa sakit akibat tidakan medis misalnya, walaupun sengaja dilakukan bukan termasuk agresi. Sebaliknya, niat menyakiti orang lain namun tidak berhasil, hal ini dapat dikatakan sebagai perilaku agresi.
Pengertian agresi menurut para ahli :
a.       Menurut Buss, perilaku agresi adalah suatu perilaku yang dilakukan untuk menyakiti, mengancam atau membahayakan individuindividu objek-objek yang menjadi sasaran perilaku tersebut baik (secara fisik atau verbal) dan langsung atau tidak langsung
b.      Menurut Atkinson, perilaku agresi adalah perilaku yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak harta benda.
c.       Menurut Goble, agresi adalah suatu reaksi terhadap frustrasi atau ketidakmampuan memuaskan kebutuhan-kebutuhan psikologis dasar dan bukan naluri.
d.      Baron dan Bryne, mendefinisikan perilaku agresi sebagai suatu bentuk perilaku yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya perilaku tersebut.
e.       Menurut Cheneiders, ia mengatakan bahwa agresif merupakan luapan emosi sebagai reaksi terhadap kegagalan individu yang ditampakkan dalam bentuk pengrusakan terhadap orang atau  benda dengan unsur kesengajaan yang diekspresikan dengan kata-kata (verbal) dan perilaku non verbal.
f.       Menurut David O. Sars, agresi adalah setiap perilkau yang bertujuan menyakiti orang lain, dapat juga ditujukan kepada perasaan ingin menyakiti orang lain dalam diri seseorang.
g.      Menurut Abidin, agresif mempunyai beberapa karakteristik.
h.      Agresif menurut Moore dan Fine, perilaku agresif adalah tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun secara verbal terhadap individu lain atau objek-objek lain.
i.        Agresif menurut Murry, agresi didefinisiakan sebagi suatui cara untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang, membunuh, atau menghukum orang lain.
B. Teori-teori Agresi
Teori tentang agresi terbagi dalam beberapa kelompok yaitu:
a.       Teori Bawaan.
Teori Bawaan atau bakat ini terdiri atas teori psikoanalisa dan teori biologi.
1)      Teori Naluri
Freud dalam teori Psikoanalisis klasiknya mengemukakan bahwa agresi adalah satu dari dua naluri dasar manusia. Naluri agresi atau tanatos ini merupakan pasangan dari naluri seksual atau eros. Naluri seks berfungsi untuk melanjutkan keturunan sedangkan naluri agresi berfungsi mempertahankan jenis.
2)      Teori Biologi
Teori biologi ini menjelaskan perilaku agresi, baik dari proses faal maupun teori genetika (illmu keturunan). Proses faal adalah proses tertentu yang terjadi otak dan susunan saraf pusat. Menurut tim American Psychological Association (1993), kenakalan remaja lebih banyak terdapat pada remaja pria, karena jumlah testosterone meningkat sejak usia 25 tahun.
b.      Teori Lingkungan.
Inti dari teori lingkungan adalah perilaku agresi merupakan reaksi terhadap peristiwa atau stimulus yang terjadi di lingkungan.
1)      Teori Frustrasi-Agresi Klasik
Yaitu agresi dipicu oleh frustrasi yang artinya adalah hambatan terhadap pencapaian suatu tujuan. Berdasarkan teori tersebut, agresi merupakan pelampiasan dari perasaan frustrasi.


2)      Teori Frustrasi-Agresi Baru
Yaitu frustrasi menimbulkan kemarahan dan emosi, kondisi marah tersebut memicu agresi. Marah timbul jika sumber frustrasi dinilai mempunyai alternatif perilaku lain daripada yang menimbulkan frustrasi itu.
3)      Teori Belajar Sosial
Yaitu lebih memperhatikan faktor tarikan dari luar. Bandura menekankan kenyataan bahwa perilaku agresi, perbuatan yang berbahaya, perbuatan yang tidak pasti dapat dikatakan sebagai hasil bentuk dari pelajaran perilaku sosial. Bandura menerangkan agresi dapat dipelajari dan terbentuk pada individuindividu hanya dengan meniru atau mencontoh agresi yang dilakukan oleh orang lain atau model yang diamatinya, walaupun hanya sepintas dan tanpa penguatan.
c.       Teori Kognitif
Teori kognitif ini memusatkan proses yang terjadi pada kesadaran dalam membuat penggolongan (kategorisasi), pemberian sifat-sifat (atribusi), penilaian, dan pembuatan keputusan.
Teori ini menjelaskan bahwa reaksi individu terhadap stimulus agresi sangat bergantung pada cara stimulus itu diinterpretasi oleh individu. Sebagai contoh, frustrasi dapat menyebabkan timbulnya perilaku agresi jika frustrasi itu diinterpretasi oleh individu sebagai gangguan terhadap aktivitas yang ingin dicapainya.
C. Jenis-Jenis Agresi
1.      Myers  membagi agresi dalam dua jenis, yaitu:
a)      agresi rasa benci atau agresi marah (hostile aggression)
Agresi rasa benci atau agresi marah (hostile aggression) adalah ungkapan kemarahan dan ditandai dengan emosi yang tinggi dimana perilaku agresi ini adalah tujuan agresi itu sendiri. Akibat dari agresi ini tidak dipikirkan oleh pelaku dan pelaku memang tidak peduli jika akibat perbuatannya lebih banyak menimbulkan kerugian daripada manfaat.
b)      agresi sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain (instrumental aggression)
Agresi instrumental (instrumental aggression) pada umumnya tidak disertai emosi, bahkan antara pelaku dan korban kadang-kadang tidak ada hubungan pribadi. Agresi disini hanya merupakan sarana untuk mencapai tujuan lain, misalnya: seorang preman yang memukuli pemilik toko untuk memungut uang paksa bagi organisasinya.
2.      Menurut Atkinson ada beberapa jenis perilaku agresi yaitu:
a)      Agresi instrumental
Yaitu agresi yang ditujukan untuk membuat penderitaan kepada korbannya dengan menggunakan alat-alat baik benda ataupun orang atau ide yang dapat menjadi alat untuk mewujudkan rasa agresinya, misalnya: orang melakukan penyerangan atau melukai orang lain dengan menggunakan suatu benda atau alat untuk melukai lawannya.
b)      Agresi verbal
Yaitu agresi yang dilakukan terhadap sumber agresi secara verbal. Agresi verbal ini dapat berupa kata-kata kotor atau kata-kata yang dianggap mampu menyakiti atau menyakitkan, melukai, menyinggung perasaan atau membuat orang lain menderita.
c)      Agresi fisik
Yaitu agresi yang dilakukan dengan fisik sebagai pelampiasan marah oleh individu yang mengalami agresi tersebut, misalnya: agresi yang pada perkelahian, respon menyerang muncul terhadap stimulus yang luas baik berupa objek hidup maupun objek yang mati.
d)     Agresi emosional
Yaitu agresi yang dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan marah dan agresi ini sering dialami orang yang tidak memiliki kemampuan untuk melakukan agresi secara terbuka. Misalnya karena keterbatasan kemampuan, kelemahan dan ketidakberdayaan.
e)      Agresi konseptual
Yaitu agresi yang juga bersifat penyaluran agresi yang disebabkan oleh ketidakberdayaan untuk melawan baik verbal maupun fisik. Individu yang marah menyalurkan agresinya secara konsep atau saran-saran yang membuat orang lain menjadi ikut menyalurkan agresi, misalnya: bentuk hasutan, ide-ide yang menyesatkan atau isu-isu yang membuat orang lain menjadi marah, terpukul, kecewa ataupun menderita.

D. Bentuk-Bentuk Agresi
  1. Agresi pemangsa, seperti serangan terhadap mangsa oleh pemangsa.
  2. Agresi antar jantan, seperti kompetisi antara jantan dari spesies yang sama mengenai akses terhadap sumber tertentu, seperti betina, dominansi, status, dan sebagainya.
  3. Agresi akibat takut, seperti agresi yang dihubungkan dengan upaya menghindari ancaman.
  4. Agresi territorial, seperti mempertahankan suatu daerah teritorial dari para penyusup.
  5. Agresi maternal dan agresi paternal. Agresi maternal, seperti agresi dari perempuan/betina untuk melindungi anaknya dari ancaman.
  6. Agresi instrumental adalah agresi yang ditujukan untuk mencapai suatu tujuan. Agresi ini dianggap sebagai respon yang dipelajari terhadap suatu situasi.
Bentuk Agresi
Contoh
Fisik, aktif, langsung
Menikam, memukul, atau menembak orang lain
Fisik, aktif, tak langsung
Membuat perangkap untuk orang lain, menyewa seorang pembunuh untuk membunuh.
Fisik, pasif, langsung
Secara fisik mencegah orang lain memperoleh tujuan atau tindakan yang diinginkan (seperti aksi duduk dalam demonstrasi)
Fisik, pasif, tak langsung
Menolak melakukan tugas-tugas yang seharusnya
Verbal, aktif, langsung
Menghina orang lain
Verbal, aktif, tak langsung
Menyebarkan gossip atau rumor jahat tentang orang lain
Verbal, pasif, langsung
Menolak berbicara kepada orang lain, menolak menjawab pertanyaan, dan lain-lain.
Verbal, pasif, tak langsung
Tidak mau membuat komentar verbal (misalnya menolak berbicara ke orang yang menyerang dirinya bila dia dikritik secara tidak fair)

E. Faktor Penyebab Perilaku Agresi
1)      Marah
Marah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktifitas sistem saraf parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat yang biasanya disebabkan adanya kesalahan, yang mungkin nyata-nyata salah atau mungkin juga tidak. Pada saat marah ada perasaan ingin menyerang, meninju, menghancurkan atau melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran yang kejam. Bila hal-hal tersebut disalurkan maka terjadilah perilaku agresi. Jadi tidak dapat dipungkiri bahwa pada kenyataannya agresi adalah suatu respon terhadap marah.
2.      Faktor Biologis
a)      Gen tampaknya berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak yang mengatur perilaku agresi. Dari penelitian yang dilakukan terhadap binatang, mulai dari yang sulit sampai yang paling mudah dipancing amarahnya,  faktor keturunan tampaknya membuat hewan jantan yang berasal dari berbagai jenis lebih mudah marah dibandingkan betinanya.
b)      Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi ternyata dapat memperkuat ataumenghambat sirkuit neural yang mengendalikan agresi. Pada hewan sederhana marah dapat dihambat atau ditingkatkan dengan merangsang sistem limbik (daerah yang menimbulkan kenikmatan pada manusia) sehingga muncul hubungan timbal balik antara kenikmatan dan kekejaman.
c)      Kimia darah (khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan faktor keturunan) juga dapat mempengaruhi perilaku agresi. Dalam suatu eksperimen ilmuwan menyuntikan hormon testosteron pada tikus dan beberapa hewan lain (testosteron merupakan hormon androgen utama yang memberikan ciri kelamin jantan) maka tikus-tikus tersebut berkelahi semakin sering dan lebih kuat.

3.      Kesenjangan Generasi
Adanya perbedaan atau jurang pemisah (Gap) antara generasi anak dengan orang tuanya dapat terlihat dalam bentuk hubungan komunikasi yang semakin minimal dan seringkali tidak nyambung. Kegagalan komunikasi orang tua dan anak diyakini sebagai salah satu penyebab timbulnya perilaku agresi pada anak.
4.      Lingkungan
a)      Kemiskinan, bila seorang anak dibesarkan dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku agresi mereka secara alami mengalami penguatan. Hal ini dapat kita lihat dan alami dalam kehidupan sehari-hari di ibukota Jakarta, di perempatan jalan dalam antrian lampu merah (Traffic Light) anda biasa didatangi pengamen cilik yang jumlahnya lebih dari satu orang yang berdatangan silih berganti. Bila anda memberi salah satu dari mereka uang maka anda siap-siap di serbu anak yang lain untuk meminta pada anda.
b)      Anonimitas, terlalu banyak  rangsangan indra dan kognitif membuat dunia menjadi sangat impersonal, artinya antara satu orang dengan orang lain tidak lagi saling mengenal atau mengetahui secara baik. 
c)      Suhu udara yang panas, bila diperhatikan dengan seksama tawuran yang terjadi di Jakarta seringkali terjadi pada siang hari di terik panas matahari, tapi bila musim hujan relatif tidak ada peristiwa tersebut. Begitu juga dengan aksi-aksi demonstrasi yang berujung pada bentrokan dengan petugas keamanan yang biasa terjadi pada cuaca yang terik dan panas tapi bila hari diguyur hujan aksi tersebut juga menjadi sepi. Hal ini sesuai dengan pandangan bahwa suhu suatu lingkungan yang tinggi memiliki dampak terhadap tingkah laku sosial berupa peningkatan agresivitas.
5.    Peran Belajar Model Kekerasan
Tidak dapat dipungkiri bahwa pada saat ini anak-anak dan remaja banyak belajar menyaksikan adegan kekerasan melalui Televisi dan juga “games” atau pun mainan yang bertema kekerasan. Acara-acara yang menampilan adegan kekerasan hampir setiap saat dapat ditemui dalam tontonan yang disajikan di televisi mulai. Selain itu ada pula acara-acara TV yang menyajikan acara khusus perkelahian yang sangat populer dikalangan remaja seperti Smack Down, UFC (Ultimate Fighting Championship) atau sejenisnya. Walaupun pembawa acara berulang kali mengingatkan penonton untuk tidak mencontoh apa yang mereka saksikan namun diyakini bahwa tontonan tersebut akan berpengaruh terhadap perkembangan jiwa penontonnya.
6.  Frustrasi
Frustrasi terjadi bila seseorang terhalang oleh sesuatu hal dalam mencapai suatu tujuan, kebutuhan, keinginan, pengharapan atau tindakan tertentu. Agresi merupakan salah satu cara berespon terhadap frustrasi.  Remaja miskin yang nakal adalah akibat dari frustrasi yang berhubungan dengan banyaknya waktu menganggur, keuangan yang pas-pasan dan adanya kebutuhan yang harus segera terpenuhi tetapi sulit sekali tercapai. Akibatnya  mereka menjadi mudah marah dan berperilaku agresi.
7.  Proses Pendisiplinan yang Keliru
Pendidikan disiplin yang otoriter dengan penerapan yang keras terutama dilakukan dengan memberikan hukuman fisik, dapat menimbulkan berbagai pengaruh yang buruk bagi remaja.
F. Pencegahan Dan Pengendalian Agresi
1. Hukuman
Hukuman (punishment) yaitu pemberian konsekuensi yang menyakitkan untuk mengurangi perilaku tertentu. Dalam hal ini yaitu sebagai suatu teknik untuk mengurangi agresi. Empat hal yang penting dalam memberikan hukuman adalah: (1) Harus segera-harus mengikuti tindakan agresif secepat mungkin. (2) Harus pasti-probabilitas bahwa hukuman akan menyertai agresi haruslah sangat tinggi. (3) Harus kuat- cukup kuat untuk dirasa sangat tidak menyenangkan bagi penerimanya. Dan (4) harus dipersepsikan oleh penerimanya sebagai justifikasi atau layak diterima.


2. Katarsis
Hipotesis katarsis (chatarsis hypothesis) adalah pandangan bahwa jika individu mengekspresikan kemarahan dan hostility mereka dalam cara yang relatif tidak berbahaya, tendensi mereka untuk terlibat dalam tipe agresi yang lebih berbahaya akan berkurang. Agresi terbuka tampaknya tidak berkurang dengan (1) melihat adegan kekerasan di media, ( (2) menyerang objek mati, atau (3) melakukan agresi verbal terhadap orang lain, bahkan beberapa temuan menyatakan bahwa agresi dapat ditingkatkan oleh aktivitas ini.
3. Intervensi kognitif : Permintaan Maaf dan Mengatasi Defisit Kognitif
pengakuan kesalahan-kesalahan yang meliputi permintaan ampun/maaf sesungguhnya seringkali sangat bermanfaat untuk mengurangi agresi. Sama halnya, alasan-alasan yang baik (good excuses) yang merujuk pada faktor-faktor di luar kontrol pemberi alasan  juga dapat efektif mengurangi marah dan agresi terbuka dari orang-orang yang telah diprovokasi dalam kadar tertentu.
4. Pemaparan terhadap model nonagresif: Pertahanan yang menular
Jika pemaparan terhadap tindakan agresif yang dilakukan orang lain di media atau secara langsung dapat meningkatkan agresi, tampaklah memungkinkan bahwa pemaparan terhadap perilaku nonagresif menghasilkan dampak yang sebaliknya. Bahkan, hasil dari beberapa penelitian, menunujukkan bahwa hal ini memang benar
5. Pelatihan dalam keterampilan sosial: Belajar untuk memiliki hubungan baik dengan orang lain
Salah satu alasan mengapa banyak orang yang terlibat dalam tanggapan agresif adalah karena mereka tidak memiliki keterampilan sosial dasar. Mereka tidak mengetahui bagaimana merespons provokasi dari orang lain dalam cara yang akan menenangkan orang lain ini alih-alih mengganggu mereka.
6. Respons yang tidak tepat. Sulit Untuk Tetap Marah Jika Anda Tersenyum
Bayangkan Anda berada dalam situasi dimana Anda merasa diri Anda marah dan kemudian seseorang menceritakan sebuah lelucon yang membuat Anda tertawa. Apakah Anda akan tetap marah ?. Kemungkinannya besar bahwa ketika Anda tertawa, Anda akan merasa kemarahan Anda berkurang. Mengapa ? Karena tertawa dan afek positif yang dibawanya tidak sesuai dengan perasaan marah dan tindakan agresi. Hal ini merupakan dasar dari pendekatan lain untuk mengurangi agresi, yang dikenal sebagai teknik respons yang tidak tepat (incompatible response techniques).

  • kesimpulan

Agresi merupakan perilaku fisik maupun verbal yang diniatkan untuk melukai objek sasaran agresi. Namun dari banyaknya pengertian perilaku agresi yang dikemukakan oleh para tokoh memiliki kaitan yang erat. Setiap pengertian yan dikemukakan memiliki inti persoalan yang sama. Perilaku agresi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor berikut yaitu : biologis, kesenjangan generasi, lingkungan, kekeliruan dalam proses pendisiplinan, insting, frustrasi, peran belajar model kekerasan, penilaian kognitif (cognitive appraisal), dan kompetisi sosial. Namun perilaku agresi dapat juga di control dan dicegah dengan melalui hukuman, katarsis, pengenalan terhadap model non agresif, dan pelatihan ketrampilan sosial.
B. SARAN
Diharapkan dari pembahasan di atas dapat membuat pembaca lebih memahami tentang perilaku agresi. Jenis-jenis agresi serta apa yang menyebabkan perilaku agresi itu terjadi, namun diharapkan pembaca juga dapat mencegah terjadinya perilaku agresi.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar